TEMPO.CO, Jakarta - PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Ketapang menuturkan berkoordinasi dengan BMKG secara intens ihwal potensi puncak cuaca ekstrem notabene bersamaan dengan arus balik Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022–2023.
"Kami antisipasi dengan terus komunikasi dengan BMKG. Jadi kalau diputuskan benar-benar tidak aman untuk pelayaran, tentu kami akan menunda pemberangkatan," ujar General Manager ASDP Indonesia Ferry Cabang Ketapang Muhammad Yasin ketika ditemui Tim Kilas Nataru Bisnis Indonesia di kantornya, Jumat 30 Desember 2022.
Sebagai informasi, BMKG menyebut bahwa 1-3 Januari 2023 merupakan puncak dari periode cuaca ekstrem di Tanah Air yang berlangsung sejak 27 Desember 2022, sebelum akhirnya mulai mereda pada 5-6 Januari 2023.
Sebagai contoh, setidaknya pada 27 dan 28 Desember 2022, ASDP Indonesia Ferry Cabang Ketapang pun sempat menutup aktivitas penyeberangan selama beberapa menit, imbas hujan lebat atau angin kencang.
Yasin menjelaskan secara umum angin kencang atau hujan badai yang bisa memicu gelombang air laut naik sampai 1,5 meter sampai 2 meter merupakan cuaca yang tidak mendukung pelayaran. Terlebih, untuk kapal feri lintasan Ketapang–Gilimanuk yang rata-rata berukuran 1.000 sampai 1.500 gross register tonnage (GRT).
"Benar, perkiraan tanggal 1 Januari 2022 itu harus waspada, sesuai anjuran BMKG. Kemarin, waktu ada angin kencang di 27 Desember 2022 siang hari, memang sempat ada 2 trip yang ditunda, tapi tidak terjadi antrean. Jadi kalau ada cuaca ekstrem lagi, kami akan lakukan antisipasi serupa. Tapi harapannya tentu semoga cuaca mendukung dan semua pelayaran berjalan lancar," ujarnya.
Selanjutnya: ASDP sempat menutup aktivitas penyeberangan ...